Nyanyian Lagu Indonesia Raya, Jadi Lagu Ulang Tahun Maurits Rumaropen

BIAK NUMFOR-Tanggal 17 Agustus adalah hari yang sangat spesial bagi seluruh masyarakat Indonesia Tidak Terkecuali Keluarga Besar Maurits Rumaropen Yang juga merayakan Hari yang sama, Hari Ulang Tahun Tete Maurits Rumaropen yang juga tepat memasuki usia 79 tahun.
Tete Maurits Rumaropen nampak masih kuat berjalan, manakala dipanggil oleh anak perempuannya yang ke-empat yang kini mengurus segala kebutuhan kesehariannya. Kami berkesempatan bertandang ke rumah Tete Maurits Rumaropen, Kakek yang lahir tetap di tanggal 17 Agustus 1945, di Kampung Ambroben, Kamis (15/8).
Hari demi hari sejak pertemuan kami bersama Tete Maurits Rumaropen dan juga Dandim 1708/BN Letkol.Inf Marsen Sinaga, M.Tr. Han, 5 Agustus lalu, dan juga perwakilan pemerintah Daerah waktu itu yang hadir ialah Staf Ahli Bupati Fransisco Olla, disaksikan seluruh keluarga, semangat Tete Maurits untuk menjaga kesehatan cukup besar.
Tete Maurits bercerita didampingi anaknya yang keempat, Ibu Lea Naomi Rumaropen. Bekerja sehari-hari mengurus rumah tangga, serta tiga orang anaknya. Ibu Lea yang saat itu sedang mengurus dapur dan anaknya sekaligus, terpaksa harus menghentikan pekerjaannya, memberikan kami waktu dan menyambut kami.
Alih-alih jika diberikan kesempatan untuk mengikuti Upacara bendera di Istana Negara atau di IKN. Namun, ternyata memang belum rezeki. Tapi itu tidak membuat Tete Maurits berkecil hati. Tete masih berharap bisa diberikan kesempatan untuk hadir di Upacara HUT RI di Biak, di Kampung halamannya sendiri.
Tete Maurits Rumaropen sejak dulu termasuk orang tua yang sangat sabar dan juga penuh dengan ketenangan. Inilah, menurut Lea, yang selalu dia syukuri, karena dengan begitu, dalam hati kecil Lea, Tete bisa terus menikmati berkat dari Tuhan, dalam sisa-sisa nafas penghidupan yang diberikan oleh Tuhan kepada ayahnya itu.
Tidak ada riwayat gula darah yang tinggi, belum ada satupun gigi yang tanggal, dan dia sangat bersyukur hingga saat ini, Tete Maurits tidak terlalu memberikan tekanan kepada anak-anaknya, untuk memenuhi kebutuhannya.
Namun hal itu juga yang kadang membuatnya harus sedih. Sebab, sewaktu-waktu juga Tete Maurits terkadang meminta sesuatu untuk dibelikan, namun tidak dapat dipenuhi olehnya. Itu dikarenakan, kondisi keluarga yang memang apa adanya.
Jika bercerita tentang perjuangan masa transisi kemerdekaan RI dan juga pembebasan Irian Barat kala itu, Tete Maurits Rumaropen, kata Lea kurang bercerita banyak tentang peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di Biak, saat masa-masa tersebut.
Yang dia ingat hanyalah saat Tete Maurits pernah menceritakan saat dirinya dulu masih kecil adalah dia pernah bersembunyi dari kejaran tentara-tentara asing, didalam hutan di Kampung Anjereuw. Lea mengaku, hanya diberikan nasehat-nasehat, untuk selalu memetik pelajaran positif dari setiap pengalaman hidup, tanpa harus mengingat-ingat sesuatu yang membuat kita sedih, penuh penyesalan, dan bermuram.
Sebagai anak yang kini merawat kebutuan Tete Maurits, Lea sebenarnya tidak mengharap banyak, yang dia tahu, Ayahnya itu adalah orang yang masih kini terus aktif ke majelis, meski dalam kondisi yang sudah berumur senja. Semangatnya itu tidak pernah ia halangi.
Tidak juga berharap uluran tangan dari siapapun. Sebab hingga saat ini memang keberadaannya masih belum banyak yang mengetahui. Dirinya bahkan sudah menaruh tanda kecil disetiap kalender, bahwa disetiap HUT RI yang akan dirayakan tiap tahunnya, menandakan 250 juta penduduk Indonesia juga menyanyikan lagu ulang tahun untuk ayahnya tercinta.

Lea bahkan pernah diceritakan oleh Ayahnya itu, bahwa angka kelahiran yang bertepatan dengan HUT RI ke 79 bukan semata-mata suatu kebetulan. Tete Maurits mengatakan, setiap senandung lagu yang dinyanyikan dalam upacara ibarat lagu Ulang Tahun yang diberikan untuknya. Setiap doa yang dipanjatkan juga menjadi harapan untuk dirinya tetep bertahan dan semangat menjalani hidup.
“Biasanya keluarga di sini kumpul untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya ada yang nyanyikan selamat ulang tahun buat Bapa. Bapa senang, dalam diri bapa itu, lagu Indonesia Raya itu lagunya, semua orang menyanyi buat dia, itu yang Bapa tanamkan dari dulu, sampai sekarang ini,” ungkap Lea.
Bukan tiket gratis, bukan pula perjalanan gratis kemanapun. Saat ini kami lihat Tete Maurits membutuhkan sejumlah kebutuhan jika pemerintah memperhatikan. Dia hanya berharap agar semua mendoakan kesehatan Bapanya, dan memberikan apa yang membang jadi kebutuhannya. Kini Tete Maurits lebih membutuhkan suplemen kesehatan, dan juga alat bantu dengar yang baru, sebab alat bantu dengarnya sudah usang dan rusak.
Disisi lain juga, jika Tuhan memberikan umur panjang, Tete Maurits oleh keluarga berharap bisa merayakan Hari Ulang Tahunnya juga bersama-sama dengan pemerintahan tertinggi di Indonesia, yakni di Istana Negara. (Tim)